Demi Piala Dunia, Brazil Culik dan Bunuh Anak-Anak Jalanan


Piala Dunia adalah ajang pencitraan, apa pun akan dilakukan tuan rumah agar pencitraan itu berjalan sempurna. Namun, di balik gegap gempita sambutan orang akan gelaran Piala Dunia 2014 yang digelar di Brazil, terselip sebuah kisah yang mengerikan. Laporan Mikkel Johnson, seorang jurnalis Denmark menemukan bahwa pihak pemerintah telah membunuh banyak anak jalanan demi kepentingan pencitraan tersebut.

Mikkel adalah seorang jurnalis Denmark yang datang ke Brazil pada bulan September 2013, namun sebelum Piala Dunia digelar ternyata ia memilih untuk pulang ke negaranya. Ia merasa jijik dengan apa yang dilihatnya selama tinggal di Brazil. Bahkan, di situs web pribadinya ia menawarkan tiket pertandingan Prancis melawan Ekuador kepada siapa pun yang menginginkannya.

Alasan utama yang menggoyahkan hatinya meliput Piala Dunia di Brazil adalah temuannya ketika melakukan perjalanan ke kota Fortaleza. Banyak anak-anak jalanan yang “menghilang”, diculik, dan dibunuh agar jalan-jalan terlihat bersih dan lebih menarik bagi wisatawan.

Berikut isi surat Mikkel Johnson yang tertuang dalam surat kabar Tribuna de CearĂ¡, 15 April lalu.

Piala Dunia tahun ini adalah sebuah ilusi besar yang disiapkan untuk orang asing. Hampir dua setengah tahun yang lalu saya bermimpi meliput Piala Dunia sebagai hajatan olahraga terbaik di dunia yang kebetulan digelar di Brazil – sebuah negeri yang indah. Saya membuat rencana untuk pergi dan belajar bahasa Portugis di sana.

Mimpi itu menjadi nyata, saya berangkat pada bulan September 2013. Tapi hari ini, 2 bulan sebelum pesta Piala Dunia digelar, saya memutuskan bahwa saya tidak ingin ikut ambil bagian dalam Piala Dunia. Mimpi indah saya di awal kini telah berubah menjadi mimpi buruk.

Selama 5 bulan tinggal di Brazil saya mendokumentasikan banyak konsekuensi buruk dari kehadiran Piala Dunia: penggusuran secara paksa, keberadaan angkatan bersenjata dan polisi militer di tengah masyarakat, korupsi, proyek-proyek sosial yang tertutup, dan masih banyak lagi. Semua proyek dan perubahan yang mereka lakukan hanya untuk orang-orang seperti saya – orang asing – dan pers internasional . Yang mereka lakukan hanya untuk mencitra pada dunia luar.

Pada bulan Maret, saya berada di Fortaleza untuk mencari tahu kekerasan apa yang saat sering terjadi di kota-kota yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Saya berbicara dengan beberapa orang, mereka menyarankan saya untuk berinteraksi dengan beberapa anak jalanan, dan saya mendapati bahwa beberapa dari anak-anak ini telah menghilang.

Sering kali, mereka diculik dan dibunuh ketika mereka tidur di daerah yang banyak wisatawan berkunjung ke sana. Mengapa hal itu dilakukan? Dalam rangka untuk membuat kota terlihat bersih bagi orang asing dan pers internasional? Dan bagi saya juga?

Di Fortaleza saya bertemu dengan Allison, seorang remaja berumur 13 tahun. Dia hidup di jalanan dengan kehidupan yang sangat sulit. Dia tidak punya apa-apa – hanya sebungkus kacang. Ketika kami bertemu, dia menawarkan saya semua yang dia punya (kacang, red.).

Dengan kebaikan hatinya, bocah yang tidak memiliki apa-apa itu menawarkan kacang, sebuah barang berharga yang dia punya kepada saya, sosok orang asing yang membawa peralatan kamera senilai US$ 4000 (sekitar Rp 46 juta) dan Master Card di dompet. Sesuatu yang mengharukan.

Hidup bocah tersebut terancam gara-gara orang asing seperti saya. Tak menutup kemungkinan dia akan menjadi korban pembersihan berikutnya di kota Fortaleza. Saya tidak bisa terus tinggal di sini. Piala Dunia tahun ini tak saja sebagai Piala Dunia termahal dalam sejarah – dalam konteks uang, tapi juga Piala Dunia yang mengorbankan kehidupan anak-anak muda.

Hari ini, saya memutuskan untuk kembali ke Denmark. Kehadiran saya di sini hanya akan membuat Brazil seolah menyenangkan dan baik-baik saja. Dua setengah tahun yang lalu saya bermimpi menjadi bagian dalam gelaran Piala Dunia, tapi hari ini saya akan melakukan segalanya, dengan kekuatan saya sebagai wartawan saya akan terus mengkritik dan fokus pada harga riil Piala Dunia yang kelewat batas.

Apakah anda ingin dua tiket untuk pertandingan Perancis melawan Ekuador, 25 Juni nanti?

Mikkel Johnson – jurnalis independen Denmark

tumblr_inline_n43il99JxJ1sysnav

Jika sobat pembaca ingin membaca surat Mikkel dalam bahasa Portugis bisa membacanya di tautan ini.

Hal yang kemudian sangat bertentangan. Pasalnya Oscar, pemain timnas Brazil yang merumput bersama Chelsea, telah membuat buku yang hasil keuntungannya akan disalurkan untuk para anak jalanan.

Sumber: Pandit Football Indonesia: Demi Piala Dunia, Brazil Culik dan Bunuh Anak Jalanan

Comments

Popular Posts