Kisah Para Pemberi Tumpangan di Jakarta

(CATATAN: ramashidqi.blogspot kali ini menghadirkan sisi unik dari ibukota kita, DKI Jakarta, yaitu fenomena munculnya jasa tumpangan 'profesional'. Postingan ini diambil dari situs Oddity Central [yang baru saja menerbitkan postingan ini], yang sumbernya dapat sobat pembaca lihat di bawah artikel. Semoga postingan ini paling tidak sedikit memberi cambukan kepada pihak-pihak terkait agar Jakarta semakin lebih baik. -Red.)

Biasanya, pengemudi membantu peminta tumpangan dengan menawarkan tumpangan, tapi di DKI Jakarta justru sebaliknya. Pembonceng profesional dibayar untuk mengendarai mobil orang lain dan membantu mereka mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat.

Kota metropolis terbesar keenam di dunia ini memiliki populasi hampir 10 juta, dan sekitar 20 juta mobil yang terdaftar. Sayangnya, infrastrukturnya jauh kurang maju dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya seperti New York, Tokyo, atau Singapura, yang artinya lalu lintasnya begitu mengerikan. Untuk memudahkan kemacetan, pemerintah DKI telah menetapkan
zona Three in One yang hanya dapat diakses oleh kendaraan yang mengangkut sedikitnya tiga penumpang. Langkah ini berhasil sampai batas tertentu, hanya saja juga melahirkan industri baru - pemberi tumpangan profesional. Setiap pagi, masyarakat miskin dari pinggiran Jakarta terlihat berbaris sepanjang trotoar dekat jalan masuk ke zona Three in One, menawarkan diri untuk para komuter yang terburu-buru. Mereka dikenal sebagai joki, dan tidak seperti pembonceng biasa, mereka tidak menaikkan jempol mereka ke pengemudi, tetapi jari telunjuk mereka untuk tanda satu tumpangan, dan ditambah jari tengah (isyarat dua) untuk memberi tanda dua tumpangan, biasanya ibu dan bayi.

professional-hitchhikers
Foto: ncellina/IndoFlick

Di negara di mana kebanyakan orang hidup dengan pendapatan kurang dari satu dolar (sekitar Rp 9000,00) per hari, para pemberi tumpangan profesional ini dapat memperoleh hingga $ 7,50 (sekitar Rp 65 ribu) untuk beberapa jam berpura-pura menjadi seseorang karyawan, anak atau teman. Memberi tumpangan untuk mengakses daerah terlarang di Jakarta adalah ilegal, sehingga joki harus membantu pengemudi bila dihentikan oleh polisi, meyakinkan mereka bahwa mereka benar-benar mengenal satu sama lain. Mobil yang menggunakan jasa joki diancam denda hingga Rp 1 juta, tapi korupsi di ibukota Indonesia ini sudah marak, dan pelaku sering lolos dari hukuman dengan disuap Rp 200 ribu. Seorang ibu dengan bayi berumur semuda dua bulan memiliki keuntungan dalam persaingan antar joki ini, karena mereka dihitung sebagai dua orang dan mengambil banyak ruang, tapi pakaian bersih dan penampilan rapi juga memberikan joki keunggulan, karena tidak ada yang mau duduk di samping seseorang yang berbau tidak sedap.

jakarta-traffic
Foto oleh Skyscraper City

Tumpangan profesional mungkin tampaknya adalah cara yang bagus untuk mencari nafkah bagi masyarakat miskin di sini, tetapi kenyataannya adalah mereka mengekspos diri untuk beresiko setiap kali mereka menginjakkan kaki di mobil orang lain. Perempuan sering dilecehkan secara seksual, dan jika tertangkap oleh polisi, mereka terancam hingga 12 bulan penjara. Joki juga bukanlah pekerjaan yang paling pasti di dunia. Seorang joki kadang-kadang bepergian dari desa di sekitar kota dan menunggu berjam-jam tanpa menghasilkan uang. Namun, bagi sebagian besar dari mereka, itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan secuil rezeki. Di sisi lain, para pengemudi senang karena membayar dengan harga murah untuk memperpendek perjalanan harian mereka. Pada hari-hari hujan, pengemudi dapat menghabiskan lebih dari tiga jam untuk mencapai tujuan mereka tanpa mengambil joki, sehingga aman untuk mengatakan mereka adalah berkah bagi yang mampu membayar mereka.



Industri tumpangan profesional berkembang pesat, tetapi sisa waktu mereka menjadi joki dapat dihitung dengan jari, karena pemerintah berencana untuk mencegah praktek dengan mengganti zona Three in One dengan jalan tol. Juga, pada tahun 2012 negeri ini telah mendapatkan pinjaman $ 1,3 juta dari Jepang untuk membangun sistem angkutan cepat, tetapi hal-hal sedang bergerak sangat lambat.

Sumber: Oddity Central - Collecting Oddities: In Indonesia Professional Hitchhikers Do Drivers a Favor

Comments

Popular Posts