Negeri Cincin Api: Jadikan Berkah, Bukan Bencana
Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentang luas, mencakup wilayah benua Asia hingga benua Australia. Data terbaru dari Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi (Timnas PNR) yang diperkuat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) menunjukkan, Indonesia memiliki 13.466 pulau yang mencakup Pulau Rondo (pulau terbarat Indonesia) hingga Kota Merauke di Papua. [1] Selain itu, wilayah NKRI memiliki luas 1.904.569 km2 [2], yang bila ditumpangkan ke atas benua Eropa panjangnya dapat mencakup Inggris di barat hingga Laut Kaspia di timur. [3]


[4] Wikipedia, the free encyclopedia: Ring of Fire
[5] Pikiran Rakyat Online: Indonesia Miliki 127 Gunung Api Aktif
[6] Tempo.co: BNPB Klaim Korban Jiwa Sinabung 16 Orang
[7] Historic World Earthquakes, United States Geological Survey. Data s/d April 2012.
[8] Kementerian ESDM: Kawasan Potensi Gempa Di Wilayah Indonesia
[9] The Jakarta Globe: Alert level lowered as Indonesia's Merapi settles down/409979
[9] Wikipedia, the free encyclopedia: Effect of the 2004 Indian Ocean earthquake on Indonesia
[11] Ruang Baca Edisi Cetak Koran Tempo: Membaca Jawa lewat Raffles
[12] Bimbingan Islami Saat Gempa Bumi dan Tsunami, Majalah Al-Furqon edisi 06 tahun 10, Muharram 1432 H/Desember 2010 M.
Namun, satu hal yang patut diperhatikan adalah, Indonesia termasuk dalam kawasan Cincin Api (Ring of Fire). Satu hal yang unik, karena Indonesia dikelilingi tidak hanya satu, tapi tiga lempeng sekaligus. Hal ini yang menyebabkan potensi terjadinya bencana gempa bumi dan gunung meletus sangat besar, yang sayangnya masih belum diperhatikan dengan baik oleh diri kita sendiri.
Maka, berkaitan dengan tema “Negeri Cincin Api: Berkah atau Bencana” yang terkandung dalam pesan (artikel) berjudul Hidup Mati di Negeri Cincin Apidi www.darwinsaleh.com, saya berpandangan bahwa saya setuju pada gagasan harian Kompas dan Kopassus dalam mencari potensi kekayaan alam dan kebencanaan di Indonesia, karena dengan cara itulah kita tahu bagaimana cara menyikapi anugerah dari Allah s.w.t. kepada bumi Nusantara ini.
Apa itu Cincin Api?
Kawasan Cincin Api (The Ring of Fire) adalahsekumpulan daerah di mana sejumlah besargempa bumi dan letusan gunung berapiterjadi di cekungan Samudra Pasifik. Memiliki panjang 40.000 km dan berbentuk seperti tapal kuda, kawasan ini dipenuhi dengan serangkaian palung, busur vulkanik, dan sabuk vulkanik dan/atau pergerakan lempeng. Dengan jumlah 452 gunung berapi dan merupakan rumah bagi lebih dari 75% gunung berapi aktif dan mati, sekitar 90% gempa bumi di dunia dan 81% gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang kawasan ini. [4]
Di Indonesia sendiri, kawasan Cincin Api terbentang mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Sulawesi, dan Kepulauan Maluku. Ujung dari kawasan ini, tepatnya di Pulau Sumatera dan Jawa, bersambung dengan Sabuk Alpid, yang terbentang ke Barat menyusuri Samudera Hindia dan Mediterania hingga berakhir di Samudera Atlantik.
Terdapat sekitar 127 gunung berapi di Tanah Air, baik yang masih aktif maupun yang sudah mati. [5] Kebanyakan gunung berapi terletak di sepanjang kawasan Cincin Api. Gunung berapi teraktif di Indonesia ialah Gunung Kelud dan Gunung Merapi – keduanya di Pulau Jawa, di mana terdapat banyak kematian disebabkan letusan kedua gunung tersebut. Sejak 1000 M, Gunung Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dimana letusan terbesar berada di skala 5 pada Indeks Letusan Vulkanik (VEI), sementara Gunung Merapi telah meletus lebih dari 80 kali. Organisasi International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth's Interior bahkan menggelari Gunung Merapi sebagai ‘Gunung Api Dekade Ini’ pada tahun 1995 karena aktivitas vulkaniknya yang sangat tinggi hingga saat ini.
Rekam jejak letusan gunung berapi di Indonesia membuktikan betapa hebatnya potensi gunung meletus di Indonesia. Mulai dari letusan Gunung Tambora tahun 1815 yang berujung pada Year Without a Summer (Tahun Tanpa Musim Panas) di benua Eropa dan Amerika, letusan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menyebabkan gelombang tsunami, hingga yang terbaru, letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara yang masih berlangsung hingga saat ini.
Peristiwa letusan Gunung Sinabung mengakibatkan 19 orang tewas dan 26.088 warga harus dievakuasi. Hujan abu yang tak kunjung berhenti berakibat pada runtuhnya rumah-rumah warga di kaki gunung.
Selain itu, potensi gempa bumi di Indonesia juga sangat tinggi. Secara geologis, wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng: lempeng Eurasia (mencakup benua Asia dan Eropa), lempeng Australia (mencakup benua Australia, Papua, dan Samudra Hindia bagian timur), dan lempeng Pasifik. Bahkan lempeng Pasifik juga bersinggungan dengan lempeng Filipina, yang berada di utara Indonesia.
Pertemuan ketiga (atau bahkan keempat) lempeng tersebut menyebabkan Indonesia rentan akan tumbukan antar lempeng yang memicu terjadinya gempa bumi. Ditambah lagi dengan banyaknya gunung berapi, yang dapat sewaktu-waktu memunculkan gempa vulkanik. Menurut data dari Survei Geologis Amerika Serikat (USGS), mulai tahun 1900 hingga April 2012 terdapat 54 gempa bumi besar di Indonesia, sebagian besar menimbulkan korban jiwa. [7] Di antara wilayah-wilayah yang rawan gempa bumi, kawasan Halmahera hingga Samudera Pasifik di utara Irian Jaya berpotensi gempa yang tergolong sangat besar, yang dapat berkekuatan lebih dari 8 SR (Carter Holling, 1979). [8]
Potensi gempa bumi di Indonesia diukur dari skala intensitas Mercalli (MMI). Semakin merah suatu wilayah, semakin besar pula resiko terjadinya gempa bumi berkekuatan dahsyat. |
Berkah atau Bencana?
Keadaan negeri kita yang berada di kawasan Cincin Api menyebabkan maraknya bencana letusan gunung berapi dan gempa bumi. Contohnya saja, letusan Gunung Merapi pada Oktober-Desember 2010 lalu. Lebih dari 350.000 warga harus dievakuasi karena zona bahaya mencapai 20 km dari puncak gunung. 353 warga tewas, termasuk juru kuncinya waktu itu yang terkenal, Mbah Maridjan.
Gempa bumi dan tsunami tahun 2004 yang menerjang pesisir Samudra Hindia, termasuk Aceh, menewaskan 230.210-280.000 orang. Di Indonesia sendiri, 126.915 orang dilaporkan tewas. Puluhan hingga ratusan ribu lainnya terpaksa tinggal di tenda-tenda pengungsian karena rumahnya hancur terkena hempasan tsunami.
Namun, kawasan Cincin Api juga dapat memberi dampak positif, terutama bagi daerah-daerah yang berada di dekat gunung berapi. Letusan gunung berapi membantu menjaga keseimbangan suhu di Bumi. Abu vulkaniknya mengandung mineral-mineral penting yang dapat menyuburkan tanah. Endapan-endapan vulkanik dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Serta masih banyak lagi yang lainnya.
Dampak positif inilah yang membuat sebagian besar tanah di Pulau Jawa menjadi sangat subur. Bahkan nama pulau itu, “Jawa”, berasal dari frasa “Jawadwipa” yang berarti “pulau jelai”, merujuk pada banyaknya tanaman ini sebagai dampak suburnya tanah di pulau ini.Bahkan Sir Thomas Stamford Raffles, seorang gubernur jenderal pendudukan Inggris di Indonesia dan pendiri Singapura, dalam bukunya History of Java mengatakan:
“Tidak ada pemandangan yang lebih indah untuk mata atau imajinasi seseorang dibandingkan melihat lautan padi menguning di lereng gunung dan buah-buahan di hutan yang siap dimakan.”
Melihat segala bencana dan berkah yang ditimbulkan dari kawasan Cincin Api ini, apakah kita hanya memandang keberadaan kawasan ini dari sisi negatifnya saja? Pastinya nggak, lah. Allah s.w.t. tidak akan menciptakan sesuatu tanpa ada manfaatnya. Semua pasti ada hikmahnya untuk kita petik dan renungkan.
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Q.S. Shad:27)
Letak Indonesia yang dikelilingi kawasan Cincin Api sudah selayaknya kita hadapi secara positif. Ya. Kita harus berpikir positif dalam menyikapi segala permasalahan di negeri ini, termasuk masalah bencana. Bila kita, seluruh lapisan masyarakat Indonesia, berpikir positif, maka kita dapat menghadapinya dengan lebih percaya diri, sehingga kita dapat mengatasi semua masalah kebencanaan dengan baik.
Perbuatan Kita, Pangkal Terjadinya Bencana
Terlepas dari seluk-beluk kawasan Cincin Api dan dampaknya, sebenarnya terdapat satu hal yang dapat memicu terjadinya bencana alam pada umumnya, dan gunung meletus serta gempa bumi pada khususnya. Hal tersebut ialah, perbuatan kita sendiri.
Saat ini, kondisi negeri kita kian memburuk dilihat dari sisi moral. Hampir tiap hari, hampir-hampir tidaklah disebut berita kalau tidak memberitakan kasus korupsi. Pelecehan seksual marak, bahkan di pelosok-pelosok. Banyak kaum muda sekarang pacaran, menjalin hubungan dengan lawan jenis sebelum waktunya menikah.
Banyak pemimpin kita yang seakan lupa atas amanatnya. Saling ejek, hujat, bahkan tawur di sana-sini, padahal masih dalam satu bangsa. Narkoba, rokok, dan miras masih menjadi bagian hidup sebagian masyarakat kita. Serta, masih banyak lagi krisis moral yang terjadi di Tanah Air.
Namun demikian, kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki itu semua, sehingga potensi terjadinya bencana dapat diperkecil dengan usaha moral. Salah satu hikmah/pelajaran di balik musibah gempa bumi dan letusan gunung berapi ialah agar kita selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa, sehingga kita mampu menghadang krisis moral dengan baik. Seperti yang dipaparkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, “... gempa bumi (dan bencana alam lainnya) bisa jadi cobaan dari Allah dan bisa jadi peringatan dari Allah karena dosa hamba.”
Penutup
Sebagai penutup, saya akan mengutip apa yang pernah diucapkan salah satu presiden Amerika Serikat terkemuka, John Fitzgerald Kennedy, seperti yang terungkap dalam artikel Tetap Harus Dimulai Sekalipun Belum Tentu Selesai di www.darwinsaleh.com (terjemahannya):
“Semua ini belum tentu selesai hanya dalam seratus hari. Belum tentu pula dalam seribu hari. Belum tentu pula selama masa kerja, bahkan belum tentu pula selama kita hidup di dunia ini. Tapi, mari kita mulai.”
Usaha-usaha kita untuk menjadikan Indonesia yang tangguh dari segala bencana tidak hanya selesai dalam 100 hari, 100 hari, atau pun selama kita masih bernapas di bumi Nusantara ini. Tapi, mari kita mulai dari sekarang. Kita mampu memandang Cincin Api lebih sebagai berkah daripada sekedar bencana, dengan berpikir positif, berusaha secara fisik maupun berperilaku baik, serta berikhtiar. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Ya, kan?
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari www.darwinsaleh.com. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.
Sumber:
[2] Demographic Yearbook—Table 3: Population by sex, rate of population increase, surface area and density (PDF). Divisi Statistik PBB, 2010.
[3] Indonesia Top: Luasnya negara Indonesia[4] Wikipedia, the free encyclopedia: Ring of Fire
[5] Pikiran Rakyat Online: Indonesia Miliki 127 Gunung Api Aktif
[6] Tempo.co: BNPB Klaim Korban Jiwa Sinabung 16 Orang
[7] Historic World Earthquakes, United States Geological Survey. Data s/d April 2012.
[8] Kementerian ESDM: Kawasan Potensi Gempa Di Wilayah Indonesia
[9] The Jakarta Globe: Alert level lowered as Indonesia's Merapi settles down/409979
[9] Wikipedia, the free encyclopedia: Effect of the 2004 Indian Ocean earthquake on Indonesia
[11] Ruang Baca Edisi Cetak Koran Tempo: Membaca Jawa lewat Raffles
[12] Bimbingan Islami Saat Gempa Bumi dan Tsunami, Majalah Al-Furqon edisi 06 tahun 10, Muharram 1432 H/Desember 2010 M.
Comments
Post a Comment